Jumat, 18 Oktober 2013

Oktober



Angin Oktober kembali berhembus. Aroma tanah basah yang disapu air hujan, menyeruak hidung. Aroma khas yang mengingatkanku satu tahun silam. Kala rasa ini muncul tuk pertama kalinya. Kala rasa ini kuat bergetar. Kala sesosok yang hadir mengisi relung jiwa. Sosok yang mampu mengadu argumen hati dan logika.

Padanya ku letakkan kekaguman. Padanya ku taruh kasih sayang. Padanya pula ku pendam kekecewaan. Perih menyayat hati. Buncah rasa marah, kesal, kecewa, juga miris. Dua sejoli yang serasi. Ingin rasanya ku tarik lagi rasa ini. Namun apa daya, rasa ini telah terlanjur jatuh padanya.

Antara menyerah atau pantang menyerah. Tidak kupilih keduanya. Kubiarkan rasa ini mengikuti arus waktu kehidupan. Biarkan waktu yang menjawabnya. Detik demi detik, rasa ini makin kuat mengakar, makin kuat pula menyiksa. Tidak ada logika yang mampu memecahkan ini semua. Luruh raga ini melawan emosi di dalamnya. Yang kulakukan hanya bisa memandang dari kejauhan. Bahkan itupun terhalang oleh benteng yang begitu kokoh.


Di sini ku berdiri sekarang, di Oktober baru. Yang kurasa, getaran ini mulai memudar. Tapi entahlah, Tuhan telah mengatur segalanya. Tuhan tahu yang terbaik untuk umat-Nya.

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar